Indonesia dinobatkan sebagai Negara dengan Pembuangan Makanan Terbesar ke-2 di Dunia oleh FAO Indonesia 2016 dan The Economist Intelligence Unit 2016. Kementerian PPN/Bappenas memperkirakan timbulan FLW pada 2000-2019 mencapai 23-48 juta ton per tahun, setara 115-184 kg/kapita/tahun. Kontribusi besar terbuangnya makanan berasal dari hotel, restoran, katering, supermarket, dan rumah tangga, termasuk masyarakat yang gemar menyisakan makanan.
Food loss adalah sampah makanan yang berasal dari bahan pangan seperti sayur-sayuran, buah-buahan, atau makanan mentah yang sudah tidak bisa diolah kembali menjadi makanan dan harus dibuang. Biasanya seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan lain-lain.
Food waste adalah makanan yang telah diolah dan siap untuk dikonsumsi yang dibuang begitu saja.
Ada empat kemungkinan kebiasaan masyarakat yang membuat hal ini dapat terjadi.
1. Tidak menghabiskan makanan
2. Makan tidak sesuai dengan porsi
3. Membeli atau masak makanan yang tidak disukai
4. Gaya hidup
Food Loss dan Food Waste yang terjadi di Indonesia pun menyebabkan dampak negatif dalam yang mengakibatkan kerusakan lingkungan, kerugian sosial serta dalam segi ekonomi.
Annisa Ratna Putri (Team Leader Kajian Food Loss & Waste, Waste4Change), menyebutkan ada 5 penyebab besar terjadinya FLW, sebagai berikut.
Kurang baik memperlakukan makanannya yaitu ketika makanan didistribusikan atau kurang baik ruang penyimpanannya.
Biasanya penyebab terjadinya kehilangan tersebut adalah kurangnya sarana dan pra-sarana produksi seperti kurangnya teknologi.
Teknologi yang dimaksud meliputi teknologi transportasi, rantai dingin (cold chain), dan lainnya yang bisa menyebabkan pangan jadi mudah rusak ataupun susut.
Pekerja lapangan kurang paham sehingga cara nyimpan salah, perlakuan kurang baik terhadap makanan.
Berhubungan dengan kebiasan dan perilaku masyarakat (sebagai konsumen) dalam menilai dan menghargai pangan.
Konsumen seringkali menilai pangan hanya berdasarkan aspek sensori saja.
Hanya mau makan atau membeli makanan yang terlihat bagus, seperti warna dan bentuknya. Sehingga jika ada produk yang bentuknya tidak sesuai dengan keinginan atau ekspektasinya seringkali produk tersebut disisihkan dan akhirnya terbuang.
Masyarakat juga tidak mau membeli makanan yang bentuknya berbeda dari yang biasa dia beli, padahal sebenarnya secara nutrisi sama saja. Akhirnya makanan ini engga kejual dan akhirnya kebuang karena konsumen tidak suka atau tidak mau beli.
Seperti diketahui, tidak semua makanan itu bakal tahan lama kalau dimasukkan ke kulkas. Beberapa makanan tertentu justru makin cepat busuk atau berjamur jika di dalam kulkas.
Adanya pemikiran atau bilai yang dianut seperti, “Lebih baik lebih banyak lah daripada kurang sehingga ketika ada acara atau makan bersama yang penting pesan dulu, urusan nanti kalau bersisa.”
Cara pikir ini harus dubah. Jika memang tidak sanggup dihabiskan, ya sebaiknya tidak dipesan sebanyak itu. Kalau memang bersisa sebaiknya selalu dibawa pulang untuk dikonsumsi kembali.